Reaksi substitusi elektrofilik
§
Reaksi Substitusi Nukleofilik
A.
Reaksi Substitusi
Nukleofilik
Para pakar Kimia
Organik fokus perhatiannya banyak ditujukan pada reaksi substitusi nukleofilik
pada sistem alifatik. Hasil-hasil penelitian dalam bidang ini telah memberikan
sumbangan yang besar terhadap kemajuan sintesis organik dan mekanisme reaksi.
Nukleofil sendiri sinonim dengan basa Lewis, adalah suatu spesies netral atau
anion yang mempunyai pasangan elektron bebas yang berada dalam orbital molekuler
berenergi tinggi. Reaksi nukleofil dapat digolongkan menjadi reaksi nukleofi 1
(SN1), reaksi nukleofil 2 (SN2).
1.
Reaksi Substitusi Nukleofilik Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada
atom karbon hibrida-sp3 yang mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya
halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut gugus pergi. Nukleofil
harus mengandung pasangan elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan
baru dengan karbon. Hal ini memungkinkan gugus pergi terlepas dengan membawa
pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua persamaan umum
yang dapat dituliskan:
2. Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik Pada dasarnya terdapat dua
mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka dilambangkan dengan SN2
adan SN1. Bagian SN menunjukkan substitusi nukleofilik, sedangkan arti 1 dan 2
akan dijelaskan kemudian. A. Reaksi SN2 Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap
yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada
keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana
substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan
elektron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan
elektron dengan karbon. Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler,
yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi
dalam mekanisme reaksi.
B. Mekanisme Substitusi Nukleofilik
Pada dasarnya terdapat 2 mekanisme substitusi
nukleofilik yaitu :
Reaksi nukleofil 2 (SN 2)
Nukleofil menyerang
dari belakang ikatan C-L. Pada satu
keadaan (keadaan peralihan) nukleofil dan gugus bebas keduanya berasosiasi
dengan karbon dimana substitusi terjadi. Pada saat gugus bebas membawa serta
elektronnya nukleofil memberikan pasangan elektron lain. Lambang 2 digunakan
untuk mekanisme kerja ini sebab reaksi ini adalah bimolekuler atau dua molekul, yaitu nukleofil dan substrat terlibat
dalam 2 tahap kunci (memang hanya satu-satunya tahap) dalam mekanisme reaksi.
Adapun cara mengetahui suatu nukleofil dan substrat
bereaksi dengan mekanisme SN2 yaitu :
1 .
Karena nukleofil dan substrat terlibat, kecepatan
reaksi bergantung pada konsentrasi kedua pereaksi tersebut. Reaksi ion
hidroksida dengan etil bromide adalah salah satu contoh reaksi SN2.
Jika konsentrasi basa (OH-) dilipat duakan, kita dapati bahwa reaksi
berjalan dua kali lebih cepat.Hasil yang sama diperoleh jika konsentrasi etil
bromide di lipatduakan. Akan kita lihat segera bahwa sifat kecepatan reaksi
begini tidak terdapat pada proses SN1.
2 .
Reaksi terjadi dengan pembalikan(inverse) konfigurasi.
misalnya, jika kita mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida,
akan diperoleh (S)-2-butanol. ion hidroksida harus menyerang dari belakang
ikatan C-Br. Pada saat substitusi terjadi, ke tiga gugus yang melekat pada
karbon sp3 membalik. Jika OH menempati kedudukan yang samadengan Br,
tentu (R)-2-butanol yang akan diperoleh.
jika
substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih
cepat apabila R merupakan gugus metil atau gugus primer, dan lambat jika R
adalah gugus tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan
untuk urutan reaktivitas jika kita menggambarkan mekanisme SN2. Di
bagian belakang karbon, tempat penggantian terjadi, keadaannya akan semakin
berdesakan apabila gugus alkil yang melekat pada karbon yang membawa gugus
pergi semakin banyak, sehingga reaksinya menjadi lambat.
Mekanisme SN1
Mekanisme SN1
adalah proses dua tahap. pada tahap pertama, ikatan antara karbon dan gugus
bebas putus, atau substrat terurai. electron – electron ikatan terlepas bersama
dengan gugus bebas, dan terbentuklah ion karbonium. pada tahap kedua, yaitu
tahap cepat, ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk hasil.
Pada mekanisme SN1
substitusi terjadi dua tahap. Lambang 1 digunakan sebab pada tahap lambat hanya
satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. tahap ini tidak
melibatkan nukleofil sama sekali. dikatakan, bahwa tahap pertama bersifat
unimolekuler.
Adapun cara mengetahui suatu nukleofil dan substrat
bereaksi dengan mekanisme SN2 yaitu :
1 .
Kecepatan reaksi tidak bergantung pada konsentrasi
nukleofil. Tahap penentu kecepatan adalah tahap pertama nukleofil tidak
terlibat. Setelah tahap ini terjadi, ion karbonium bereaksi dengan nukleofil.
2 .
Jika karbon yang membawa gugus bebas bersifat kiral,
reaksi mengakibatkan hilangnya aktivitas optic (yaitu, rasemisasi). Pada ion
karbonium, hanya ada tiga gugus yang melekat pada karbon positif. Karena itu,
karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan berbentuk datar.
3 .
Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN1,
reaksi berlangsung cepat jika R merupakan struktur tersier, dan lambat jika R
adalah struktur primer. Reaksi SN1 berlangsung melalui ion
karbonium, sehingga urutan kereaktifannya sama dengan urutan kemantapan ion
karbonium. Reaksi bergantung lebih cepat jika ion karbonium lebih mudah
terbentuk.
Jadi,
reaksi substitusi nukleofilik terdiri dari dua jenis yaitu substitusi
nukleofilik bimolekuler (Sn-2) dan substitusi nukleofilik unimo-lekuler (Sn-1).
Reaktan yang lazim digunakan untuk reaksi substitusi nukleofilik adalah organo
halida karena ion halogen (X") adalah mempakan nukleofil yang sangat lemah
(gugus pergi) yang baik.
C. Reaksi SN1 Mekanisme SN1 dalah
proses dua tahap
Pada tahap pertama, ikatan antarakarbon dengan gugus
pergi putus.
Gugus pergi terlepas
dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion karbonium. Pada tahap
kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk
produk
Pada mekanisme SN1,
substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab pada tahap lambat
hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. Tahap ini sama
sekali tidak melibatkan nukleofil.
Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang
berjalan melalui mekanisme SN1:
1.
Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi
nukleofil. Tahap penentu kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana
nukleofil tidak terlibat.
2. Jika
karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan hilangnya
aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada a gugus
yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai
hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah
penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini
masing-masing mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya,
reaksi (S)-3-bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan alkohol
rasemik.
Spesies antaranya
(intermediate species) adalah ion karbonium dengan geometrik planar sehingga
air mempunyai peluang menyerang dari dua sisi (depan dan belakang) dengan
peluang yang sama menghasilkan adalah campuran rasemik X yang melalui mekanisme
SN1 akan berlangsung cepat-Reaksi substrat R jika R merupakan struktur tersier,
dan lambat jika R adalah struktur primer. Hal ini sesuai dengan urutan
kestabilan ion Karbonium, 3o > 2o >> 1o.
D . Perbandingan
Mekanisme SN1 Dan SN2
SN2
|
SN1
|
|
Stuktur Halida
Primer atau CH3
sekunder
tersier
|
Terjadi
Kadang – kadang
Tidak
|
Tidak
Kadang – kadang
Terjadi
|
Stereokimia
|
Pembalikan
|
Rasemisasi
|
Nukleofil
|
Kecepatan bergantung pada konsentrasi nukleofil,
mekanisme memilih nukleofil anion
|
Kecepatan tidak bergantung pada konsentarsi nukleofil,
mekanisme memilih nukleofil netral
|
Pelarut
|
Kecepatan sedikit dipengaruhi kepolaran pelarut
|
Kecepatan sangat dipengaruhi kepolaran pelarut
|
Berikut ini ada beberapa petunjuk yang digunakan untuk
mengetahui apakah suatu nukleofil adalah kuat atau lemah.
1.
Ion nukleofil bersifat nukleofil. Anion adalah pemberi elektron yang lebih baik
daripada molekul netralnya. Jadi :
2. Unsur yang berada
pada periode bawah dalam tabel periodik cenderung merupakan nukleofil yang
lebih kuat daripada unsur yang berada dalam periode di atasnya yang segolongan.
Jadi :
3.
Pada periode yang sama, unsur yang lebih
elektronegatif cenderung merupakan nukleofil lebih lema(karena ia lebih kuat
memegang elektron). Jadi :
Karena C dan N N: ,ºberada dalam periode
yang sama, tidak mengherankan jika pada ion -:C yang bereaksi adalah karbon,
karena sifat nukleofilnya lebih kuat.
STEREOKIMIA
Reaksi
stereospesifik:
(R)-(–)-2-bromooktan (S)-(+)-2-oktanol
Reaksi berlangsung dengan konfigurasi inversi
MEKANISME
e.g., R–Br
+ I– ® R–I + Br–
Senyawa Kec.Relatif
halangan sterik meningkat
Metal CH3Br 150
1º RX CH3CH2Br 1
2º RX (CH3)2CHBr 0.008
3º RX (CH3)3CBr ~ 0
\
Reaktifitas terhadap SN2:
CH3X >
1º RX > 2º RX
>> 3º RX
bereaksi dgn mekanisme SN2 tidak
bereaksi dengan mekanisme
(k2 large) lebih
sulit SN2
(k2 ~ 0)
Halangan sterik
minimal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar