REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK
Reaksi
substitusi adalah suatu reaksi pergantian gugus fungsional pada senyawa kimia
tertentu dengan gugus fungsional yang lain. Dalam kimia organic, reaksi
substitusi elektrofilik dan nukleofilik merupakan yang palng penting dan banyak digunakan. Reaksi
substitusi organic dikatgorikan menjadi beberapa tipe berdasarkan reagen yang
berperan , apakah termasuk nukleofil atau elektrofil intermediet yang terlibat
dalam reaksi substitusi dapat berupa karbokation,karboanion atau radikal bebas .
Beberapa jenis reaksi substitusi
1.
Reaksi substitusi nukleofilik
Substitusi nukleofilik terjadi karena reagen yang berperan adalah suatu
nukleofil. Nukleofil adalah molekul yang dapat menyumbangkan sepasang electron membentuk
ikatan kimia dalam reaksi. Suatu nukleofil bereaksi dengan zat alifatik pada
reaksi substitusi nukleofilik alifatik . reaksi sustitusi ini dapat melalui dua
macam mekanisme ,yaitu SN1 dan SN2. Ketika zat yang bereaksi merupakan senyawa aromatic,maka
reaksi yang terjadi disebut dengan reaksi substitusi nukleofilik aromatic. Turunan
asam karboksilat bereaksi dengan nukleofil dalam substitusi asil nukleofilik.
2.
Reaksi
substitusi elektrofilik
Substitusi elektrofilik
terjadi ketika reagen yang berperan adalah suatu elektrofil. Elektrofil adalah
molekul yang dapatmenerima pasangan electron. Reaksi substitusi elektrofilik
biasanya terjadi karena ada senyawa aromatic, disebut dengan reaksi substitusi
elektrofilik aromatic. Benzena lebih mudah melangsungkan reaksi substitusi
daripada nukleofilik.
3.
Reaksi
substitusi radikal
Reaksi SN1
SN1/substitusi nukleofilik unimolekuler mudah dikenali karena memiliki dua
tahapan reaksi. Tahap pertama merupakan tahap “perginya” (baca, putus/lepas) si
gugus pergi dari suatu senyawa/molekul yang nantinya akan digantikan oleh gugus
datang. Gugus yang pergi ini tidak sendiri, ia pergi dengan membawa pasangan
elektron ikatan. Akibatnya senyawa/molekul yang ditinggalkan mengalami
kekurangan elektron. Dengan kata lain senyawa mengalami ionisasi sehingga
bermuatan positif dan memiliki hibridisasi sp3 berbentuk segitiga planar/datar.
Senyawa yang telah bermuatan positif cenderung labil (mudah bereaksi) ketika
berada dalam “mode” ini. Karena itu gugus datang akan dengan mudah masuk dan
membentuk ikatan dengan suatu senyawa. Masuknya gugus datang dapat terjadi
melalui dua arah yang berbeda, karnanya produk hasil reaksi SN1 akan berupa
rasemat/campuran enantiomer/senyawa sama namun letak gugus datang dalam ruang
3D-nya berbeda.
Ada analogi menarik perihal SN1, fenomenanya mirip-mirip dengan pasutri
yang harus melabuhkan kapal ditengah lautan, lalu berjalan berlawanan dengan
damai karena tidak adanya dukungan keadaan (cerai/pisah/terionisasi maksudnya).
Disinilah terbuka peluang bagi “calon-calon” gugus datang yang ingin mengisi
kekosongan. Alhasil, mudah bagi si calon untuk mengisi “kursi” yang
ditinggalkan sang mantan.
A. Mekanisme SN1
mekanisme
SN1 adalah proses dua tahap. pada tahap pertama, ikatan antara karbon dangugus
bebas putus,
atau substrat terurai. electron – electron ikatan terlepas bersama dengan gugus
bebas, dan
terbentuklah ion karbonium. pada tahap kedua, yaitu tahap cepat, ion karbonium
bergabung
dengan nukleofil membentuk hasil.
Pada
mekanisme SN1 substitusi terjadi dua tahap. Lambang 1 digunakan sebab pada
tahap
lambat hanya
satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. tahap ini tidak
melibatkan
nukleofil
sama sekali. dikatakan, bahwa tahap pertama bersifat unimolekuler.
Adapun cara
mengetahui suatu nukleofil dan substrat bereaksi dengan mekanisme SN2 yaitu :
1.
1.
kecepatan reaksi tidak bergantung pada konsentrasi
nukleofil. Tahap penentu kecep atan adalah tahap
pertama nukleofil tidak terlibat. Setelah tahap ini terjadi, ion karbonium bereaksi
dengan nukleofil.
2.
Jika karbon yang membawa gugus bebas bersifat kiral,
reaksi mengakibatkan hilangnya aktivitas
optic (yaitu, rasemisasi). Pada ion karbonium, hanya ada tiga gugus yang
melekat pada karbon
positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan
berbentuk datar.
3.
Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN1,
reaksi berlangsung cepat jika R merupakan
struktur tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer. Reaksi SN1 berlangsung melalui ion
karbonium, sehingga urutan kereaktifannya sama dengan urutan kemantapan ion karbonium.
Reaksi bergantung lebih cepat jika ion karbonium lebih mudah terbentuk. Jadi, reaksi
substitusi nukleofilik terdiri dari dua jenis yaitu substitusi nukleofilik
bimolekuler (Sn-2) dan substitusi nukleofilik
unimo-lekuler (Sn-1). Reaktan yang lazim digunakan untuk reaksi substitusi nukleofilik adalah
organo halida
karena ion halogen (X") adalah mempakan nukleofil
yang sangat lemah (gugus pergi) yang baik.
B. Mekanisme SN2
Nukleofil
menyerang dari belakang ikatan C-L. Pada satu keadaan (keadaan peralihan)
nukleofil
dan gugus bebas keduanya berasosiasi dengan karbon dimana substitusi terjadi.
Pada saat gugus
bebas membawa serta elektronnya nukleofil memberikan pasangan elektron lain. Lambang 2
digunakan untuk mekanisme kerja ini sebab reaksi ini adalah bimolekuler atau
dua molekul, yaitu
nukleofil dan substrat terlibat dalam 2 tahap kunci (memang hanya satu-satunya tahap) dalam
mekanisme reaksi.
Mekanisme
SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Nukleofil
menyerang dari belakang ikatan C¾X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan
karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa
pasangan elektron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan
pasangan elektron dengan karbon.Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler,
yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi
dalam mekanisme reaksi. Adapun ciri reaksi SN2 adalah:
a)
Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah
penentu kecepatan reaksi, maka kecepatan reaksi
tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
b)
Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi)
konfigurasi. Misalnya jika kita
mereaksikan
(R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-2- butanol. Ion hidroksida
menyerang dari belakang ikatan C¾Br. Pada saat
substitusi terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah
terdorong oleh suatu bidang datar sehingga membalik. Karena dalam
molekul ini OH mempunyai perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya
adalah (S)-2-butanol. Jadi reaksi SN2 memberikan hasil inversi.
Permasalahan
pada mekanisme SN2 apakann yang dimaksud dengan Rasemisasi dan Kecepatan tidak bergantung pada konsentarsi nukleofil, mekanisme memilih nukleofil netral ?
mohon bantuannya ya kawan"...
Assaalamualaikum.. saya Agnes Mega K.G NIM RRA1C114009
BalasHapusSaya ingin membantu aminah menjawab pertanyaan tersebut.
resemisasi adalah proses mengubah zat yg aktif optis menjadi tidak aktif optis, dng atau tanpa perpindahan gugus. Berbeda dengan reaksi SN2, reaksi SN1 berjalan melalui dua tahap (tidak meliputi protonasi atau deprotonasi).
Tahap penetapan laju reaksi ada pada tahap pertama, oleh karena itu laju reaksi dari keseluruhan reaksi secara umum sama dengan laju pembentukan karbokation dan tidak melibatkan konsentrasi nukleofil. Oleh karena itu kenukleofilikan tidak menjadi faktor kelajuan reaksi dan laju keseluruhan reaksi hanya bergantung pada konsentarsi pereaksi.
Laju reaksi = k [pereaksi]
Semoga membantu
:)
Assalamualaikum wr.wb. nama saya fitri khairati(Rsa1c114014) saya akan mencoba menjawab permasalahan saudari aminah. Menurut saya resemisasi adalah proses mengubah zat yg aktif optis menjadi tidak aktif optis, dengan atau tanpa perpindahan gugus. Berbeda dengan reaksi SN2, reaksi SN1 berjalan melalui dua tahap (tidak meliputi protonasi atau deprotonasi).
BalasHapuslaju reaksi bergantung pada konsentrasi nukleofilil maupun substrat. gugus tetangga memiliki pasangan elektron yang dapat digunakan dalam penyerangan nukleofilik intramolekul untuk menggeser atom atau gugus apa saja dari ikatannya dengan atom karbon, sehingga dengan cepat, karena gugus tetangga memiliki pasangan elektron yang dapat digunakan dalam penyerangan nukleofilik intramolekul untuk menggeser atom atau gugus apa saja dari ikatan dengan atom karbon, sehingga dengan adanya pertisipasi maka suatu laju reaksi akan berjalan cepat.
Laju reaksi = k [pereaksi]. Semoga jawabannya membantu permasalahan saudari aminah. Wassalamualaikum wr.wb
Assalamu,alaikum..
BalasHapusNama saya Rani Khoiriyah dengan NIM RSA1C114002 akan mencoba menjawab permasalahan yang ditimbulkan oleh saudari aminah.
Kecepatan reaksi tidak bergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu kecepatan adalah tahap pertama nukleofil tidak terlibat. Setelah tahap ini terjadi, ion karbonium bereaksi dengan nukleofil. Reaktan yang lazim digunakan untuk reaksi substitusi nukleofilik adalah organo halida karena ion halogen (X") adalah mempakan nukleofil yang sangat lemah (gugus pergi) yang baik.
Semoga dapat membantu saudari dalam menyelesaikan permasalahan saudari :) Wassalam